Apa arti Tone Deaf? Yuk Simak Pengertian dan Alasan Seseorang Bisa Tone Deaf

Apa arti Tone Deaf? Yuk Simak Pengertian dan Alasan Seseorang Bisa Tone Deaf

-(Pixabay/Anemone123)-

KARAWANGBEKASI.DISWAY.ID - Banyak orang berpendapat bahwa tone deaf lebih sering terjadi pada masyarakat dari kelas sosial dan ekonomi menengah ke atas.

Dalam konteks sosial dan politik, tone deaf menggambarkan kondisi di mana seseorang kurang peka terhadap perasaan orang lain atau situasi di sekitarnya.

Pandangan ini muncul karena sebagian pengguna media sosial Instagram dari kalangan menengah ke atas dianggap cenderung enggan mengomentari situasi dan kondisi yang sedang terjadi di sekitarnya.

Apa arti tone deaf? simak yuk!

BACA JUGA:Ini Yang Membedakan Antara Orang Asia dengan Orang Eropa yang Mesti diketahui!

 

Arti Tone Deaf

 

Jika diterjemahkan secara literal, tone deaf berarti buta nada. Namun, di luar konteks musik, istilah ini juga digunakan dalam konteks lain, seperti sosial dan politik.

 

Selain makna harfiahnya, kamus Cambridge mendefinisikan tone deaf sebagai seseorang yang tidak mampu memahami perasaan orang lain tentang sesuatu atau tidak mengerti apa yang dibutuhkan dalam situasi tertentu. Menurut The Week, tone deaf memiliki makna metaforis yang berkaitan dengan perilaku sosial.

Dalam istilah modern, tone deaf menggambarkan seseorang yang tidak peka, ceroboh, atau bahkan kejam terhadap sesama.

Setelah mengetahui artinya, yuk cari tahu alasan seseorang bisa tone deaf!

Menurut laporan Kompas.com, Psikolog Sosial, Hening Widyastuti, menguraikan alasan di balik fenomena ini.

BACA JUGA:Mengenal Sosok Marie Antoinette yang Dikaitkan dengan Erina Gudono, Hidup Hedon hingga Menyulut Amarah Rakyat

 

Terbiasa Menutup Mata

 

Pada dasarnya, setiap manusia memiliki hati nurani yang peka terhadap apa yang dianggap tidak benar. Misalnya, ketika melihat sesuatu yang menyedihkan, seseorang biasanya turut merasa sedih.

Saat menyaksikan sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, biasanya ada dorongan untuk membantu.

Namun, pada sebagian orang, empati mereka bisa terpendam karena terpaksa menutup mata. Ini bisa disebabkan oleh faktor eksternal, seperti keluarga dan lingkup pertemanan yang tone deaf.

 

Menurut Hening, ada situasi di mana lingkungan keluarga, seperti orangtua, mungkin mengatakan untuk tidak ikut campur urusan orang lain demi menjaga keamanan diri sendiri. Hal ini bisa membuat individu yang cenderung patuh menjadi takut dan menghindari tindakan berani.

Jika sikap ini terus dilakukan, akhirnya menjadi kebiasaan. Pada tahap ini, seseorang bisa menjadi tone deaf karena terbiasa mengabaikan hal-hal di luar zona nyamannya. Hening menjelaskan bahwa kehidupan yang aman dan nyaman, dengan fasilitas lengkap dan kemewahan, bisa membuat seseorang lebih fokus pada diri sendiri.

 

Bukan Urusan Mereka

 

Meskipun tone deaf bisa terjadi pada siapa saja dari berbagai kelas sosial dan ekonomi, Hening tidak menolak bahwa banyak dari mereka yang tone deaf berasal dari kalangan menengah ke atas.

Menurut Hening, orang-orang yang tone deaf cenderung melihat masalah di sekitar mereka sebagai sesuatu yang bukan urusan mereka.

Misalnya, masalah seperti kesulitan ekonomi, kenaikan harga barang, menurunnya daya beli masyarakat, dan peningkatan angka PHK dianggap bukan bagian dari urusan mereka.

Bagi mereka, yang terpenting adalah menikmati kehidupan pribadi yang menyenangkan dan penuh kemewahan. Hening menegaskan bahwa orang-orang ini menutup mata, hati, dan jiwa terhadap lingkungan sekitarnya.

Nah itulah arti dan alasan seseorang bisa tone deaf menurut psikolog.**

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: